Minggu, 11 Maret 2012

Indonesia dan Konser Musik Internasional

0 komentar
Add caption
Nama Indonesia sepertinya sudah tidak asing lagi di mata musisi dunia. Bagaimana tidak, di tahun 2011 dalam kurun waktu 2 bulan terakhir saja para promotor di Indonesia berhasil mengundang kurang lebih sembilan musisi ternama. Ada pula beberapa musisi luar yang tidak hanya sekali datang meramaikan konser di Indonesia. New Found Glory, Secondhand Seerenade atau Avenged Sevenfold misalnya. Bukan hanya Jakarta yang menjadi arena favorit singgahnya para musisi internasional tersebut, bahkan kota-kota besar lainnya seperti Bandung, Surabaya, Bali tidak jarang kebagian didatangi oleh band/penyayi luar. Hmm, menarik untuk dibahas bukan.
Setidaknya konser musisi luar menjadi hiburan tersendiri bagi penikmat musik di negeri ini, di tengah larangan tayang untuk film-film luar, di tengah berbagai permasalahan politik-ekonomi, di tengah musik mainstream yang mayoritas seragam. Yah, laksana oase yang membasuhi dahaga para penikmat musik di Indonesia.
Beberapa tahun yang lalu, satu-satunya promotor yang berani mengundang band/penyanyi untuk show disini adalah Java Musikindo yang dikomandoi oleh Adrie Subono. Beberapa band pun berhasil mereka undang seperti Pitbull, My Chemical Romance, Deftones,Kelly Clarkson, Saosin, dan puluhan band/penyanyi lainnya. Tiket yang dijual dengan rata-rata ratusan ribu sampai berjuta-juta pun rasanya tidak menjadi masalah bagi mereka yang memiliki uang lebih. Dan sebagian besar konsernya sukses dan laku keras. Ya, memang mendatangkan artis luar menjadi bisnis baru yang mulai dilirik oleh beberapa pebisnis jika melihat belakangan ini beberapa promotor yang lahir mengikuti jejak Java Musikindo. Para promotor pun terlihat mengkotak-kotakkan musisi yang akan mereka undang misalnya Lian Mipro yang menjadi spesialis pengundang band-band divisi cadas seperti yang pernah mereka lakukan terhadap The Black Dahlia murder, Bleeding Through, As I Lay Dying, dsb.
Tur ke beberapa negara juga merupakan salah satu cara mengeruk keuntungan bagi beberapa musisi luar, jika melihat besarnya angka pembajakan dan mulai bangkrutnya beberapa toko musik di negara mereka. Lalu mengapa begitu mudah para musisi luar menandatangani kontrak untuk konser di negara kita? Tentu saja, tingginya angka populasi masyarakat di indonesia memperbesar kemungkinan bahwa konsernya akan sukses dan berharap mendapatkan apresiasi yang lebih.
Namun, perlu diingat bahwa kita jangan sampai terlena dengan konser-konser artis luar dan melupakan konser musisi Indonesia. Konser tunggal Koil dan konser mahadahsyatnya Erwin Gutawa yang belum lama diselenggarakan mengingatkan kita, kalau konser musisi di negara kita pun tidak kalah dengan musisi luar. Kiprah musisi kita di negara luar pun mulai menunjukan batang hidungnya, seperti Bottlesmoker yang tur keliling lima negara di Asia dan Burgerkill yang pernah dua kali tur ke Australia. Wah, harusnya sih seimbang yah antara musisi luar yang main disini, dengan musisi kita yang bermain di luar negeri. Jadi Indonesia juga bukan hanya terkenal dengan negeri sejuta konser artis luar, namun jadi negri sejuta musisi berkualitas yang sering melebarkan sayapnya ke luar negeri. Apakah saya berangan-angan? Semoga saja tidak.
Filed in: Artikel Tags: , , , , , , , , ,

Penyebab Musik Indonesia Membosankan

1 komentar
Add caption
Plagiat
Plagiarisme adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri. Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain. Di dunia pendidikan, pelaku plagiarisme dapat mendapat hukuman berat seperti dikeluarkan dari sekolah/universitas. Pelaku plagiat disebut sebagai plagiator.
Di Indonesia sendiri banyak plagiator-plagiator yang tidak mengakui bahwa dirinya plagiat (meskipun banyak juga yang tidak plagiat, namun pamor mereka kalah oleh yang plagiat), baik itu penyanyi solo, group band, pengarang lagu dan banyak lagi. Mereka beralasan, hanya meng-influence aliran/genre musiknya saja, dan itu sudah menjadi satu senjata andalan bagi mereka untuk beralasan. Dan ketika salah satu penyanyi solo atau group band sukses dengan ke-plagiator-annya, maka yang lain sepertinya berlomba-lomba untuk mengikuti jejak plagiator sukses tersebut. Dan akhirnya, semakin membosankan musik Indonesia.
Note : Di sini ane tidak akan menampilkan contoh dari plagiator-plagiator tersebut, demi menjaga nama baik mereka. Mungkin dari rekan-rekan pastinya sudah tahu siapa saja dan group band mana saja yang jelas-kelas telah menjadi plagiator.
Lip-sync
Lip-sync atau lip-synch adalah istilah teknis untuk pencocokan gerakan bibir dengan suara. Dalam sebuah konser musik atau siaran langsung di televisi, lip sync merupakan hal yang kontroversial.
Di negara China, kementrian kebudayaan telah mengeluarkan kebijakan tentang lip sync pada bulan Agustus 2009. Kementerian mengeluarkan kebijakan itu karena menilai bernyanyi lip sync termasuk kebohongan publik. Dan sebulan dari itu, dua penyanyi China, Starlets Yin Youcan dan Fang Ziyuan kedapatan hanya bercuap-cuap saat mereka konser di Provinsi Sichuan. Mereka di denda sekitar 80 ribu yuan atau RRp. 110 juta sekaligus menjadi korban pertama kebijakan kementrian kebudayaan. Kebijakan itu dikeluarkan karena pada tahun 2008, panitia Olimpiade Beijing melakukan tindakan kontroversial. Memasang gadis muda yang bernyanyi lip sync saat upacara pembukaan Olimpiade. Panitia beralasan tindakan itu dilakukan karena penyanyi sebenarnya tidak cukup cantik untuk ditunjukkan ke seluruh dunia.
Di Indonesia sendiri, lip sync menjadi sesuatu yang wajar dan pelaku nya pun sepertinya nyaman-nyaman saja (yang penting di bayar kata “mereka”). Banyak acara-acara pagelaran musik yang menggunakan “jasa” lip sync, baik itu di siarkan langsung oleh televisi maunpun tidak. Dan acara tersebut sukses menyedot penonton dan menaikkan rating acara tersebut mengakibatkan menjamurnya acara “lip sync show” di berbagai stasiun-stasiun televisi swasta di Indonesia. Namun, banyak juga acara-acara konser musik yang tidak menggunakan “jasa” lip sync, seperti : indiefest, soundrenalin, dan banyak lagi.
Tema Lagu Yang Sama
Dalam hal pemilihan judul lagu, hampir semua penyanyi, group musik, ataupun pencipta lagu memiliki tema yang sama. Ini membuat semakin membosankannya musik di Indonesia. Ketika seorang penyanyi atau group musik memiliki sebuah lagu yang sukses dengan tema, misalkan “selingkuh”, maka dengan serempak penyanyi atau group musik yang lain membuat lagu dengan tema tersebut (meskipun tidak semua, tetapi kebanyakannya begitu). Mereka mencoba peruntungannya dengan tema lagu tersebut, meskipun dengan musik seadanya. Dan ini sangat-sangat menyedihkan.
Pemaksaan Karakter
Mungkin hanya di Indonesia saja yang memiliki aktris/aktor segala bidang. Pemain sinetron, penyanyi, pemain film layar lebar, penulis lagu, presenter, dan sebagainya bersatu dalam satu karakter. Mereka menyebutnya “Aktris/aktor Serba Bisa”. Apakah dengan begitu, bisa disebut “serba bisa”? Belum tentu!. Karena banyak contoh yang memperlihatkan ke-lucu-an tersebut. Seseorang yang tidak memiliki bekal, bahkan bakat dalam dunia musik di paksakan untuk terjun kedalam dunia musik, maka yang terjadi adalah ke-lucu-an. Mereka menggunakan label keartisannya untuk mendongkrak popularitas di dunia musik. Memang itu hak mereka untuk berbuat seperti itu, tapi apakah mereka melihat hak orang lain?!. Namun, banyak juga yang asalnya terjun di dunia perfilm-an yang akhirnya hijrah ke dunia musik dan sukses.
Selain dari kalangan artis, banyak juga dari sekelompok orang yang mencoba untuk sukses di dunia musik. Dan bagi mereka yang tidak memiliki bakat dalam dunia musik, akhirnya akan tenggelam seiring dengan bermunculannya sosok-sosok yang memiliki bakat di dunia musik.
Kekuasaan Ada di Tangan Major Label
Mungkin inilah penentu seseorang atau sekelompok orang sukses atau tidaknya mereka dalam dunia musik. Dan ini merupakan fakta yang sangat jelas. Major Label-lah yang mengelola rekaman suara dan penjualannya, termasuk promosi dan perlindungan hak cipta. Mereka biasanya memiliki kontrak dengan artis-artis musik dan manajer mereka. Dan sepertinya sudah tidak perlu di jelaskan lagi, bagaimana major label – major label yang ada di Indonesia, sudah tahu sama tahu. Kekuasaan Major Label bisa sampai ke kreativitas atau improvisasi para musisi yang di kontraknya (mungkin di Indonesia saja). Dan hampir semua Major Label di Indonesia seperti itu!
Namun di luar fakta di atas, ane hanya ingin menyampaikan sedikit kritik tanpa maksud menyinggung atau melecehkan seseorang, sekelompok atau bahkan negara sendiri. Ini demi kemajuan Musik Indonesia. Dan bagi seseorang, sekelompok atau yang lainnya, yang merasa tersinggung atau tercemarkan nama baiknya, ane mohon maaf. BANGUN MUSIK INDONESIA!
 
 
Filed in: Artikel Tags: , , ,